Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa
ALUR DAN PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE
PRODUK BARANG/JASA
Diagram
Alur Proses Produksi (Production Flow Chart Diagram)
Berdasarkan
diagram alur proses produksi tersebutlah pengetesan dan monitoring atas barang
dalam proses produksi (work in process) harus dilakukan agar produk akhir
bermutu sesuai dengan rencana. Seandainya timbul variasi mutu pun, tingkat
toleransinya dari penyimpan masih dalam batas-batas yang dapat diterima
Prosedur
pengawasan mutu produk
Pengawasan
atas mutu suatu barang hasil produksi, seyogyanya meliputi pengetahuan
hal-hal
berikut:
1.Kerusakan dan Mutu Produk
Seperti
telah dijelaskan bahwa suatu barang (jasa) dibuat melalui suatu proses. Proses
pembuatan tersebut disesuaikan dengan bentuk dan mutu barang yang ingin
dihasilkan.
2.Mencegah atau Menghindarkan Terjadinya
Kerusakan Barang (produk)
Kiat utama
dari pencegahan kerusakan suatu produk sebenarnya sangat sederhana saja, yakni
kerusakan harus dicegah sebelum terjadi.
3. Kendali Mutu Terpadu
Uraian di
atas menunjukkan bahwa mencegah terjadinya kerusakan produk selama proses
produksi, berarti mengadakan suatu rangkaian kegiatan terpadu dalam
pengendalian mutu. Bila ada pengendalian atau controlling atas mutu tentunya
harus dimulai sejak perencanaan (planning) mutu produk bersangkutan. Antara
tahap perencanaan dan tahap seperti pengorganisasian (organizing) dan
pelaksanaan (actuating) harus disertai pengawasan mutu. Hal ini memberi
gambaran bahwa manajemen mutu (quality management) meliputi berbagai apsek
keikutsertaan (participation) dari berbagai pihak di dalam perusahaan yang
menghasilkan suatu produk yang mutunya harus dikendalikan.
.Jenis-jenis pengawasan mutu produk
- Pemantauan Mutu Bahan-Bahan
- Pemantauan Proses Produksi
- Pemantauan Produk Jadi
Selanjutnya dipasarkan (didistribusikan). Namun bila terdapat barang yang cacat maka barang tersebut harus dibuang atau remade dan mesin perlu disetel kembali agar beroperasi secara akurat.
- Pemantauan Pengepakan
A) Tahapan prototype
Sebelum mendesain produk barang atau jasa ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut:
a) Pendefenisian produk
Merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
b) Working Model.
Dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruahan dan di buat pada skala yang sepelunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk, dan menenmukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah di buat.Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototype rekayasa.
c) Prototipe rekayasa (engineering prototype)
Dibuat seperti halnya working model, namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototype produksi atau untuk dilanjutkan pada tahap produksi. Prototype rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja opersioanal dan kebutuhan rancangan system produksi.
d) Prototipe produksi (production prototype)
Bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan partnya.
e) Qualifield production item
Dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear),
pelanggaran, siklus breakeven dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
f) Model
Model merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look– like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user
B)kemasan
terlihat menarik harus dirancang dan dibuat sebaik mungkin, dalm merancang atau merencanakan pembuatan suatu kemasan sebaiknya kita memperhatikan hal-hal seperti berikut ini:
a) Kesesuaian antara produk dengan bahan pengemasnya
Maksudnya adalah dalam menentukan bahan pengemas kita harus mempertimbangkan produk yang kita miliki.Jika produk kita berbentuk cairan seperti jus atau sirup, kita bisa memilih bahan pengemas seperti botol atau gelas plastic.Jika produk kita berupa makanan kering seperti kripik, kerupuk, atau yang lainnya kita bisa menggunakan plastic transparan dan lain sebagainya. Plastic dapat digunakan sebagai kemasan primer sekaligus dengan labelnya, juga bisa dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan sekunder.
b) Ukuran kemasan dan ketebalan bahan kemasan
Ukuran kemasan berkaitan dengan banyak sedikitnya isi yang diinginkan, sedangkan ketebalan berkaitan dengan keawetan dari produk yang ada
Figure 1 Kemasan Sariwangi Sumber:https://edugrafisdesain.wordpress.com
didalamnya.Jika produknya sangat ringan seperti kerupuk sebaiknya kemasan dibuat dalam relative besar.
c) Bentuk kemasan
Agar kemasan menarik bentuk pengmas bisa dirancang dalam bentuk yang unik tergantung dari kreativitas perancangnya.Misalnya kemasan dus kertas bisa dibuat seperti tabung, kubus, balok, trapezium atau bentuk-bentuk lainnya
terimakasih jawabanny:)
BalasHapusxie-xie kak...
BalasHapusKeradd anjay mabarrr
BalasHapus